SABUN: Pasca zaman pertengahan sampai abad ke 20
Sabun Castile, seluruhnya dibuat dari minyak zaitun, dibuat di Kerajaan Castilia (sekarang bagian dari Spanyol) kira-kira tahun 1616. Abu alkali yang disebut barilla dari pohon semak Salsolas, direbus bersama minyak zaitun sebagai pengganti lemak binatang. Dengan menambahkan larutan pekat garam kedalamnya, sabunnya akan naik ke permukaan dan diambil, meninggalkan sisa soda api dan pencemar lain di dasar. Ini mungkin merupakan produk sabun keras pertama, yang semakin tua akan makin mengeras, tanpa berubah warna putihnya dan disebut jabon de Castila, yang menjadi sebuah nama generik.
Orang Inggris baru membuat sabun dalam abad ke 12 di Bristol. Catatan pada Bristol Company of Soapmakers untuk tahun 1562-1642 menunjukkan nama 180 orang yang terlibat dalam bisnis sabun. Disebutkan pula jenis sabun bernama "Bristol Soap" yang berwarna hitam dan juga "Bristol Grey Soap" yang lebih keras, berwarna abu-abu yang diproduksi masal untuk dikirim ke London tahun 1523 dengan harga satu penny per pound (1/2 kg). Bisnis sabun begitu bagus; pada tahun 1622 Raja James memberikan hak monopoli kepada seorang pembuat sabun dengan membayar imbalan $100,000 setahun untuk hak tersebut.
Tulisan yang dikenal sebagai karya ilmuwan Arab, Jabir bin Hayyan berulangkali menyebut sabun sebagai zat pembersih. Orang Arab membuat sabun dari minyak nabati atau minyak atsiri, misalnya minyak thymus. Soda api (Al-Soda Al-Kawia) NaOH pun dipakai untuk pertama kalinya dan rumusnya tidak pernah berubah seperti sabun yang sekarang beredar di pasaran. Sejak awal abad ke 7 sabun diproduksi di Nablus (Palestina), Kufa (Irak) dan Basara (Irak). Sabun Arab diberi pewangi dan pewarna, ada yang padat keras, ada yang cair. Mereka juga mempunyai sabun khusus untuk bercukur. Sabun diperdagangkan seharga 3 Dirhams (0,3 Dinar) per batang di tahun 981 M.
Pembuatan sabun di koloni Amerika pada awal abad ke 17 diawali dengan datangnya para pembuat sabun di atas kapal yang kedua dari Inggris yang berlabuh di Jamestown, Virginia. Selama bertahun-tahun pembuatan sabun merupakan kegiatan rumahtangga belaka. Lalu para pembuat sabun profesional mulai menampung sisa lemak rumahtangga yang mereka tukar dengan sabun.
Nicolas Leblanc seorang ahli kimia Perancis menemukan cara pembuatan soda api dari garam, yang lebih mudah dan cepat dan murah yang disebut proses Leblanc pada tahun 1852. Namun cara ini menjadi usang dengan diketemukannya proses Solvay atau proses amonia oleh orang Belgia bernama Ernest Solvay, yang juga menggunakan garam dapur. Proses Solvay mengurangi biaya pembuatan alkali serta meningkatkan volume dan mutu hasil soda yang dapat dipakai para pembuat sabun.
Berbagai penemuan ilmiah ini, disertai dengan diketemukannya tenaga listrik untuk mengoperasikan pabrik, membuat industri sabun sebagai industri paling pesat di tahun 1850an. Kemudahan memperoleh sabun juga mengubahnya dari barang mewah menjadi barang keperluan sehari-hari. Dengan meluasnya penggunaan sabun dikembangkan pula sabun yang lebih lunak untuk mandi dan juga sabun untuk mesin pencuci yang dapat diperoleh konsumen pada pergantian abad itu.
Dalam abad ke 19, sabun dikenai pajak tinggi sebagai barang mewah di beberapa negara. Ketika pajak yang tinggi dihilangkan, sabun pun menjadi terjangkau oleh rakyat biasa, dan standar kebersihan pun meningkat. Inggris dan Perancis menghilangkan pajak sabun pada tahun 1852 sehingga sabun menjadi komoditas rumahtangga untuk kebersihan diri dan dan mencuci.
Kimiawi pembuatan sabun pada dasarnya tetap tak berubah sampai tahun 1916 ketika deterjen sintetik yang pertama dibuat di Jerman sebagai imbas akibat Perang Dunia 1 di mana lemak sulit diperoleh untuk membuat sabun. Deterjen adalah zat pembersih bukan-sabun yang dibuat secara sintetis dari berbagai bahan. Penemuan deterjen juga didorong oleh kebutuhan akan suatu zat pembersih yang, tidak seperti sabun, tidak akan bersenyawa dengan garam mineral di dalam air dan membentuk substansi yang tidak larut dalam air.
No comments:
Post a Comment